
Menu-menu tradisional seperti soto dengan berbagai potongan daging, bebek dan ayam goreng, serta aneka kerupuk dapat dipesan di sini. Pilihan minumannya tak sekadar teh, soda, dan air mineral, tapi juga jus buah dan es segar seperti markisa dan blewah.
Setiap melewati Arteri Permata Hijau, kami tertarik mampir ke Soto Sip Asli Madura. Pasalnya, bangunannya mencolok karena berdiri di atas lahan yang ditinggikan dan terdiri dari sekitar tiga lantai. Dominasi unsur kayu jati menegaskan kesan Jawa pada restoran ini.
Sayang, hingga kini kami belum sempat datang ke sana. Tapi, saat berkunjung ke daerah BSD City, saya melihat plang Soto Sip Asli Madura di sebuah ruko. Di tengah hujan yang terus turun dan perut yang bergemuruh, kamipun mampir.
Ternyata restoran mungil dan sederhana ini memang cabang dari Permata. Hijau. Kapasitasnya sekitar 32 orang dan menggunakan kipas angin, namun tempat makan ini menyediakan wifi gratis. Terdapat gerobak pikul tempat meracik soto di bagian depan restoran, khas soto Madura.
Soto dagingnya (Rp 27.000) berkuah cokelat keruh dengan taburan seledri yang dicincang halus dan bawang goreng yang lembek karena terendam kuah. Saat diseruput, kuahnya terasa asin gurih khas kaldu daging. Pas buat menghangatkan tubuh.
Yang istimewa adalah tujuh potongan dagingnya yang besar-besar dan tanpa lemak. Warnanya cokelat muda sedikit pink. Saat dikunyah, terasa tekstur empuk seperti has dalam. Gigipun tak kesulitan mengunyahnya
Setiap melewati Arteri Permata Hijau, kami tertarik mampir ke Soto Sip Asli Madura. Pasalnya, bangunannya mencolok karena berdiri di atas lahan yang ditinggikan dan terdiri dari sekitar tiga lantai. Dominasi unsur kayu jati menegaskan kesan Jawa pada restoran ini.
Sayang, hingga kini kami belum sempat datang ke sana. Tapi, saat berkunjung ke daerah BSD City, saya melihat plang Soto Sip Asli Madura di sebuah ruko. Di tengah hujan yang terus turun dan perut yang bergemuruh, kamipun mampir.
Ternyata restoran mungil dan sederhana ini memang cabang dari Permata. Hijau. Kapasitasnya sekitar 32 orang dan menggunakan kipas angin, namun tempat makan ini menyediakan wifi gratis. Terdapat gerobak pikul tempat meracik soto di bagian depan restoran, khas soto Madura.
Soto dagingnya (Rp 27.000) berkuah cokelat keruh dengan taburan seledri yang dicincang halus dan bawang goreng yang lembek karena terendam kuah. Saat diseruput, kuahnya terasa asin gurih khas kaldu daging. Pas buat menghangatkan tubuh.

Selain soto daging, kami juga memesan rawon (Rp 23.000). Warna kuahnya cokelat pekat karena memakai keluak. Soto ini disajikan bersama kecambah kecil dan sambal di wadah terpisah.
Kuah rawonnya tampak lebih berminyak dibanding soto karena terdapat lemak yang menempel di tujuh potongan dagingnya. Berbeda dengan daging di soto tadi, daging rawon terasa lebih alot dan memerlukan usaha untuk mengunyahnya.
Kuahnya juga terasa agak asin kalau disantap begitu saja, namun bisa dinetralkan dengan nasi putih (Rp 4.000) berbungkus daun pisang yang tersedia di meja. Lengkapi dengan kerenyahan kerupuk aci, kerupuk udang, kerupuk kulit, kerupuk tempe, emping, atau rempeyek agar suasana makan semakin seru!
Kuah rawonnya tampak lebih berminyak dibanding soto karena terdapat lemak yang menempel di tujuh potongan dagingnya. Berbeda dengan daging di soto tadi, daging rawon terasa lebih alot dan memerlukan usaha untuk mengunyahnya.
Kuahnya juga terasa agak asin kalau disantap begitu saja, namun bisa dinetralkan dengan nasi putih (Rp 4.000) berbungkus daun pisang yang tersedia di meja. Lengkapi dengan kerenyahan kerupuk aci, kerupuk udang, kerupuk kulit, kerupuk tempe, emping, atau rempeyek agar suasana makan semakin seru!
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !